This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Gambar Motivasi Sukses

Gambar Motivasi Sukses
Untuk Selalu di Ingat!

Sunday, May 15, 2011

TEKNIK-TEKNIK MEMAHAMI PERKEMBANGAN ANAK

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai calon guru atau pendidik kita harus mempunyai pengetahuan, kreatifitas juga wawasan yang luas untuk memahami peserta didiknya. Selain itu kita harus mengerti psikokologi anak, kemampuan anak, kelemahan anak dan keinginan anak yang mempunyai bakat tertentu.
Untuk itu kita harus mengetahui tingkat kemampuan dan perkembangan peserta didik. Salah satunya dengan tes. Tes yang digunakan bisa bermacam-macam sesuai dengan kemampuan dan minat peserta didik.
Selain itu, tes bisa membantu kita untuk dapat mengetahui kemampuan juga kelemahan peserta didik yang menjadi masalah dalam kehidupannya. Untuk itu kita akan membahas sedikit mengenai teknik-teknik memahami anak atau peserta didik.
B. Rumusan Masalah
Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Pengertian dan macam-macam teknik-teknik tes!
2. Pengertian non-tes dan jenis-jenisnya!
3. Bagaimana cara mengetahui kemampuan, bakat, permasalahan yang dihadapi siswa !
C. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui dan memahami pengertian dan macam-macam teknik-teknik tes.
2. Mengetahui dan dapat menguraikan pengertian dan jenis-jenis non-tes.
3. Dapat mengetahui juga mengungkap kemampuan, bakat juga membantu siswa dalam menhadapi permasalahannya.

BAB II
TEKNIK-TEKNIK MEMAHAMI PERKEMBANGAN ANAK
A. Teknik Tes
Teknik tes atau sistem testing merupakan usaha pemahaman murid dengan menggunakan alat-alat yang bersifat mengungkap atau mentes.
Sedangkan tes adalah sebagai suatu prosedur yang sistematis untuk mengobservasi (mengamati) tingkah laku individu melalui skala angka atau sistem kategori.
Selain itu tes mengandung pengertian alat untuk menentukan atau menguji sesuatu.
Penggunaan teknik dari tes bertujuan untuk:
2. Menilai kemampuan belajar murid
3. Memberikan bimbingan belajar kepada murid
4. Mengecek kemampuan belajar
5. Memahami kesulitan-kesulitan belajar
6. Menilai efektivitas (keberhasilan) mengajar (Shertzer & Stone; 1971:235)
Berdasarkan atas aspek yang diukur, tes dibedakan atas:
a. Tes intelegensi
b. Tes bakat
c. Tes kepribadian
d. Tes prestasi belajar
Untuk itu kita akan membahas satu persatu
a. Tes intelegensi
Yaitu suatu teknik atau alat yang digunakan untuk mengungkapkan tarap kemampuan dasar seseorang yaitu kemampuan dalam berpikir, bertindak dan menyesuaikan dirinya secara efektif.
Macam-macam tes intelegensi
1). Tes intelegensi umum, bertujuan untuk memberikan gambaran umum tentang taraf kemampuan seseorang.
2). Tes intelegensi khusus, menggambarkan taraf kemampuan seseorang secara spesifik.
3). Tes intelegensi differensial, memberikan gambaran tentang kemampuan seseorang dalam berbagai bidang yang memungkinkan didapatnya profil kemempuan tersebut.
Manfaat tes intelegensi
a). menganalisis berbagai masalah yang dialami murid
b). membantu memahami sebab terjadinya masalah
c). membantu memahami murid yang mempunyai kemampuan yang tinggi juga yang rendah
d). menafsirkan kesulitan-kesulitan belajar yang dihadapi siswa
b. Tes bakat
Yaitu suatu teknik atau alat yang digunakan untuk mengetahui kecakapan, kemampuan atau keterampilan seseorang dalam bidang tertentu.
Tes bakat berguna untuk membantu seseorang dalam membuat rencana dan keputusan yang bijaksana berkenaan dengan pendidikan dan pekerjaan.
Untuk mengetahui bakat seseorang, telah dikembangkan berbagai macam tes seperti:
1). Rekonik, tes ini mengukur fungsi motorik, persepsi dan berpikir mekanis.
2). Tes bakat musik, tes yang mengukur kemampuan dalam aspek-aspek nada, suara, ritme, warna bunyi dan memori.
3). Tes bakat artistik, yaitu kemampuan menggambar, melikis dan meripa.
4). Tes bakat krelikal (perkantoran), yaitu tes mengukur kecepatan dan ketelitian.
5). Tes bakat multifaktor, tes yang mengukur berbagai kemampuan khusus.
Tes ini mengukur beberapa kemampuan khusus diantaranya yaitu:
- Berpikir verbal, yang memngungkapkan kemampuan nalar secara verbal.
- Kemampuan bilangan, kemampuan berpikir yang menggunakan angka-angka.
- Berpikir abstrak, kemampuan berpikir dengan nalar yang bersifat nonverbal tanpa angka-angka.
- Berpikir mekanik, kemempuan serta pemahaman mengenai huku-hukum yang mendasari alat-alat, mesin-mesin, dan gerakan-gerakan.
c. Tes kepribadian
Yaitu suatu tes untuk mengetahui kepribadian seseorang yang terorganisasi secara dinamis dan sistem-sistem psikologis dalam sisi individu yang menentukan penyesuaian-penyesuain yang unik dengan lingkungan.
Kepribadian dapat diukur dengan jalan melihat:
- Apa yang seseorang katakan tentang keadaan dirinya sendiri.
- Apa yang orang lain katakan tentang keadaan diri seseorang.
- Apa yang seseorang lakukan dalam situasi tertentu.
d. Tes prestasi belajar
Yaitu suatu alat (tes) yang disusun untuk mengukur hasil-hasil pengajaran.
Tujuan utama penggunaan tes prestasi belajar adalah agar guru dapat membuat keputusan-keputusan seleksi dan klasifikasi serta menentukan keefektifan pengajaran.
Tes ini meliputi:
1). Tes diagnostik,yang dirancang agar guru dapat mengetahui letak kesulitan murid, terutama dalam berhitung dan membaca.
2). Tes prestasi belajar kelompok yang baku.
3). Tes prestasi belajar yang disusun guru.
B. Non-tes
Teknik non-tes merupakan prosedur mengumpulkan data untuk memahami pribadi siswa pada umumnya bersifat kualitatif.
Beberapa macam teknik non-tes diantaranya yaitu:
8. Observasi (pengamatan)
Yaitu teknik atau cara mengamati suatu keadaan atau suatu kegiatan (tingkah laku). Yang paling berperan disini adalah panca indra atau pengindraan terutama indra penglihatan, dan memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
- dilakukan sesuai dengan tujuan yang dirumuskan terlebih dahulu
- direncanakan secara sistematis
- hasilnya dicatat dan diolah sesuai tujuan
- perlu diperiksa ketelitiannya.
Teknik observasi ini dapat dikelompokan kedalam beberapa jenis yaitu:
a. Observasi sehari-hari
b. Observasi sistematis
c. Observasi partisipatif, disini pengamat ikut serta dalam kegiatan yang dilakukan oleh orang yang damati.
d. Observasi nonpartisifatif, disini pengamat tidak ikut serta dalam kegiatan yang dilakukan oleh orang yang diamati.
9. Catatan anekdot
Yaitu catatan otentik hasil observasi yang menggambarkan tingkah laku murid atau kejadian dalam situasi khusus, bisa menyangkut individu juga kelompok.
Dengan menggunakan catatan anekdot guru dapat:
- memperoleh pemahaman yang lebih tepat tentang perkembangan anak
- memperoleh pemahaman tentang sebab-sebab dari gejala tingkah laku murid
- memudahkan dalam menyesuaikan diri dengan murid.
Catatan anekdot yang baik memiliki syarat-syarat sebagai berikut:
a. Objektif
Untuk mempertahankan objektivitas dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut:
- catatan dibuat sendiri oleh guru
- pencatatan dilakukan segera setelah suatu kegiatan terjadi
- deskripsi dari suatu peristiwa dipisahkan dari tafsiran pencatatan sendiri
b. Deskriptif
Catatan suatu peristiwa mengenai murid hendaknya lengkap disertai latar belakang, percakapan dicatat secara langsung, dan kejadian-kejadian dicatat secara tersusun sesuai dengan kejadiannya.
c. Selektif
Situasi yang dicatat adalah situasi yang relevan dengan tujuan dan masalah yang sedang menjadi perhatian guru sesuai keadaan murid.
10. Wawancara
Wawancara merupakam teknik untuk mengumpulkan informasi melalui komunikasi langsung dengan responden atau orang ynag diminta informasi.
Kelebihan dan kekurangan wawancara
Kelebihannya yaitu:
- merupakan teknik yang paling tepat untuk mengungkap keadaan pribadi murid
- dapat dilakukan terhadap setiap tingkatan umur
- dapat dilaksanakan serempak dengan kegiatan observasi
- digunakan untuk pelengkap data yang dikumpulkan dengan teknik lain
Kekuranganya yaitu:
- tidak efisien, yaitu tidak dapat menghemat waktu
- sangat bergantung terhadap kesediaan kedua belah pihak
- menuntut penguasaan bahasa dari pihak pewawancara
11. Angket
Angket (kuesioner) merupakan alat pengumpul data melalui komunikasi tidak langsuang, yaitu melalui tulisan. Angket ini berisi daftar pertanyaan yang bertujuan untuk mengumpulkan keterangan tentang berbagai hal yang berkaitan dengan responden.
Beberapa petunjuk untuk menyusun angket:
- gunakan kata-kata yang tidak mempunyai arti lengkap
- susun kalimat sederhana tapi jelas
- hindari kata-kata yang sulit dipahami
- pertanyaan jangan bersifat memaksa untuk dijawab
- hindarkan kata-kata yang negatif dan menyinggung perasaan responden.
12. Autobiografi
Yaitu sebuah karangan pribadi seseorang (siswa) yang murni hasil dirinya sendiri tanpa dimasuki pikiran dari orang lain, ini lebih menjurus tentang pengalaman hidup, cita-cita dan lain sebgainya.
Autobiografi bagi guru bertujuan untuk mengetahui keadaan murid yang berhubungan dengan minat, cita-cita, sikap terhadap keluarga, guru atau sekolah dan pengalaman hidupnya.
Autobiografi ini dalam pembuatannya dibagi kedalam dua jenis, yaitu karangan terstruktur dan tidak terstruktur.
a. Terstruktur
Karangan pribadi ini disusun berdasarkan tema (judul) yang telah ditentukan sebelumnya, seperti: cita-citaku, keluargaku, teman-temanku, masa kecilku dan sebagainya.
b. Tidak terstruktur
Di sini murid diminta membuat karangan pribadi secara bebas, dan tidak ditentukan kerangka karangan terlebih dahulu.
13. Sosiometri
Teknik ini bertujuan untuk memperoleh informasi dengan menghubungkan atau interasksi sosial diantara murid. Dengan sosiometri guru dapat mengetahui tentang:
- murid yang populer (banyak disenangi teman).
- murid yang terisolir (tidak dipilih/disukai teman).
- klik (kelompok kecil, 2-3 orang murid).
Sosiometri juga dapat digunakan untuk:
- memperbaiki hubungan insani diantara anggota-anggota kelompok tertentu
- menentukan kelompok kerja
- meneliti kemampuan memimpin seorang individu dalam kelompok tertentu untuk suatu kegiatan tertentu.
14. Studi kasus
Dalam melaksanakan studi kasus ini dapat ditempuh langkah-langkah :
a. Menemukan murid yang bermasalah, contih: prestasi belajarnya sangat rendah, nakal, sering bertengkar dan sering bolos.
b. Memperoleh data
Cara untuk memperoleh data:
1). Wawancara dengan guru lain
2). Home visit, yaitu kunjungan kerumah orang tua murid
3). Wawancara langsung dengan siswa yang bersangkutan
c. Menganalisis data
Berbagai faktor yang mungkin terjadi penyebab anak mengalami kelainan:
- kondisi keluarga yang tidak harmonis
- tingkat kecerdasan rendah
- motivasi belajar rendah
- sering sakit-sakitan
- kurang mengetahui konsep-konsep dasar atau pengetahuan tentang mata pelajaran tertentu
d. Memberikan layanan bantuan
Apabila berdasarkan analisis ternyata faktor penyebabnya itu kurang menguasai konsep-konsep dasar dalam mata pelajaran tertentu, maka caranya yaitu dengan mengajar kembali tentang konsep-konsep dasar mata pelajaran tertentu.

BAB III
PENUTUP
C. Kesimpulan
Teknik tes merupakan salah satu metode atau cara yng digunakan untuk mengukur atau mengetahui tingkat kemampuan dan kelemahan seseorang.
Teknik tes terbagi beberapa macam diantaranya:
a. Tes intelegensi
b. Tes bakat
c. Tes kepribadian
d. Tes hasil belajar
Selain itu untuk memahami perkembangan anak sebagai peserta didik digunakan Non-tes yang merupakan proses pengumpulan data untuk memahami pribadi pada umumnya bersifat kualitatif.
Macam-macam non-tes diantaranya:
a. Observasi
b. Wawancara
c. Catatan anekdot
d. Autobiografi
e. Sosiometri
f. Studi khusus
Teknik-teknik tersebut bertujuan untuk membantu memberi informasi kepada guru untuk mengetahui anak yang berbakat, kemampuan tinggi, kemampuan rendah, anak bermasalah dan sebagainya.
Untuk itu kita bisa mencoba melakukan teknik tes ataupun non-tes untuk mengetahui suatu informasi yang diperlikan.
D. Saran
Adapun beberapa saran yang dapat kami sampaikan yaitu :
1. Berikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan keinginannya.
2. Lakukanlah beberapa teknik tes atau non-tes yang bisa memecahkan masalah yang dihadapi siswa.
3. Lakukanlah secara kontinue/berkesinambungan untuk mengetahui keadaan siswa.
4. berikanlah bimbingan juga pengarahan tambahan atau lebih kepada siswa bila diperlukan.
DAFTAR FUSTAKA
Amti, Erman & Marjohan. 1992. Bimbingan dan Konseling. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Tim Dosen MK Bidang Kependidikan. 2006. Bimbingan di Sekolah Dasar. Bandung : Tim Dosen Bimbingan Konseling UPI
Ditulis dalam Makalah Bimbingan Konseling, Makalah Pedagogik, Makalah Psikologi. 10 Komentar - komentar »

Zaman Pendidikan Barat

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Situasi intelektual di Prancis abad ke-19 sangat berbeda dari situsai Pencerahan abad ke-18. Kalau pada zaman Pencerahan terdapat kecenderungan yang kuat untuk melawan agama, di abad ke-19 para filsuf Prancis mulai menghargai kembali peranan dimensi rohani manusia. Dalam hal ini mereka banyak menyerap pengaruh cita-cita spiritual idealisme Jerman yang berkembang pada abad yang sama. Sebuah aliran terpenting pada abad ini adalah positivisme, dengan tokoh Auguste Comte. Aliran ini menjadi cikal bakal ilmu pengetahuan tentang masyarakat atau sosiologi. Sekilas tampak perbedaan mencolok antara idealisme dan positivisme. Idealisme mendukung metafisika, sedangkan positivisme menolak metafisika. Kalau dipelajari lebih jauh, akan jelas bahwa kedua-duanya sama-sama spekulatif. Di balik kedok “filsafat positif”, aliran yang anti metafisika itu tidak jauh dari metafisika. Dengan demikian perbedaan keduanya bersifat ideologis. Sementara idealisme Jerman dengan sifat konservatif berusaha memodifikasi metafisika tradisional dengan wajah rasional, positivisme dengan semangat sekularistis progresif hasil Pencerahan, berusaha merekonstruksi sebuah sistem pengetahuan ilmiah yang dapat menjelaskan realitas sebagai keseluruhan (ini pretensi metafisis). Di balik perbedaan itu diam-diam keduanya sepakat untuk menemukan sebuah sistem integritas yang bersifat rohaniah yang dapat mengutuhkan kembali kebudayaan dan masyarakat yang mengalami krisis akibat modernisasi.







BAB II
PEMBAHASAN
A. Pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
Tujuan pendidikan Islam tidak terlepas dari tujuan hidup manusia dalam Islam, yaitu untuk menciptakan pribadi-pribadi hamba Allah yang selalu bertakwa kepadaNya, dan dapat mencapai kehidupan yang berbahagia di dunia dan akhirat. Seperti dalam surat ad- Dzariyat ayat 56 :
“ Dan Aku menciptakan Jin dan Manusia kecuali supaya mereka beribadah kepada-Ku”.

1) Pengertian Positivisme
Menurut Adian (2006) istilah positivisme pertama kali digunakan oleh Henri Saint Simon. Istilah “positivisme” kemudian dipopulerkan oleh Comte. Istilah itu berasal dari kata “positif”. Dalam prakata Cours de Philosophie Positive, dia mulai memakai istilah “filsafat positif” dan terus menggunakannya dengan arti yang konsisten di sepanjang bukunya. Dengan “filsafat” dia mengartikan sebagai “sistem umum tentang konsep-konsep manusia”, sedangkan “ positif “ diartikannya sebagai “teori yang bertujuan untuk penyusunan fakta-fakta yang teramati.” Dengan kata lain, “positif” sama dengan “faktual”, atau apa yang berdasarkan fakta-fakta. Dalam hal ini, positivisme menegaskan bahwa hendaknya tidak melampaui fakta-fakta. Positivisme adalah suatu aliran filsafat yang menyatakan ilmu alam sebagai satu-satunya sumber pengetahuan yang benar dan menolak aktifitas yang berkenaan dengan metafisik. Tidak mengenal adanya spekulasi, semua didasarkan pada data empiris. Menurut Adian (2006) positivisme yakin bahwa masyarakat akan mengalami kemajuan apabila menghargai sains dan teknologi. Slogan positivistik yang terkenal berbunyi ”Savoir pour prevoir, prevoir pour pouvoir” yang artinya ”Dari ilmu muncul prediksi dan dari prediksi muncul aksi.”
Dalam penegasan itu jelas yang ditolak positivisme, yakni metafisika. Penolakan metafisika disini bersifat definitif. Dalam kritisismenya, Immanuel Kant masih menerima adanya “das Ding an sich”, obyek yang tidak bisa diselidiki pengetahuan ilmiah. Comte menolak sama sekali bentuk pengetahuan lain, seperti etika, teologi, seni, yang melampaui fenomena yang teramati. Baginya, objek adalah yang faktual. Satu-satunya bentuk pengetahuan yang sahih mengenai kenyataan hanyalah ilmu pengetahuan.
b) Perkembangan Sejarah Manusia Melalui Tiga Tahap
Sejak abad ke-17, dan meruncing pada abad ke-18 perkembangan ilmu-ilmu alam dengan model fisika Newton mempengaruhi pemikiran filosofis. Di atas sudah kita singgung bahwa kehancuran tatanan feodal dan Gereja tradisional, dan juga sistem metafisika, membuat para pemikir abad ke-19 cenderung menemukan sistem integrasi baru. Salah satu caranya adalah membuat sebuah rekonstruksi historis tentang sistem pengetahuan manusia melalui tahap-tahap sehingga secara reflektif jelas kesatuannya dalam setiap tahap. Asumsi pokoknya adalah bahwa perkembangan pengetahuan, seperti yang tampil dalam perkembangan ilmu-ilmu alam, berjalan progresif, niscaya, dan linear. Filsuf Prancis abad ke-18 Condercet dan Turgot, sudah mencoba rekonstruksi macam itu, dan di abad ke-19, Saint-Simon juga membuat. Rekonstruksi macam itu menemukan bentuknya yang paling komprehensif dalam filsafat Comte.
Dalam Cours de Philosophie Positive, Comte menjelaskan bahwa munculnya ilmu-ilmu alam tak bisa dipahami secara terlepas dari sejarah perkembangan pengetahuan umat manusia dari abad ke abad. Sejarah pengetahuan itu berkembang melalui tiga tahap yang ia sebut “tahap teologis”, “tahap metafisis”, dan “tahap positif”. Ketiga tahap itu dipahami Comte sebagai tahap-tahap perkembangan mental umat manusia sebagai suatu keseluruhan, dan menurut Comte, juga bersesuaian dengan tahap-tahap perkembangan individu dari masa kanak-kanak, memalui masa remaja, ke masa dewasa. Berikut ini adalah proses pendewasaan manusia menurut Comte:

A) Zaman Teologis
Teologi Adalah Cabang Filsafat yang merupakn kajian dari metafisika . Sepanjang sejarah filsafat, ia cukup menyita perhatian para Filsuf, terutama sejak abad pertengahan. Teologi merupakan pemikiran filosofis tentang persoalan ketuhanan. Hal ini sesuai dengan makna dasarnya yang berasal dari dua kata, Yaitu theo yang berarti tuhan dan logi yang berarti ilmu. Jadi teologi adalah ilmu yang mempelajari hal-hal yang dikaitkan dengan tuhan. Maka dalam perjalanannya, kajian teologi membahas secara filosofis pokok-pokok agama, sebagai hal-hal yang dikaitkan dengan tuhan.
Dalam kajiannya, kerangka berfikir yang dipakai teologi adalah apa yang di kenal dengan ekletisasi antara agama dan filsafat, Al taufiq Bain al – din wa al falsafah, yaitu mempertemukan agama dan filsafat. Maka, jika selama ini secara sosiologis terdapat dua kelompok, yaitu kelompok filsuf murni dan kelompok agamawan, munculnya pemikiran ini melahirkan kelompok ketiga, yaitu Teolog.
Filsuf murni adalah mereka yang dengan sarana akalny mengkaji fenomena alamiah atau dikenal dengan ayat-ayat kauniyah . dalam proses usahany itu mereka tidak ada pada baying-bayang otoritas wahyu. Termasuk dalam kelompok ini adalah para ilmuwan. Sedang agamawan adalah mereka yang dengan kualifikasi tertentu mengkaji sumberajaran agama, melaksanakan dan mengajarkan ajaran agama. Sementara teolog adalah mereka yang berusaha menemukan pertemuan antara agama dan filsafat.
Sepanjang sejarah filsafat, kajian teologi yang paling menyedot banyak energy adalah soal “Eksistensi Tuhan“. Di sini tidak dimaksudkan untuk menjelaskanbagaimana “Eksistensi Tuhan“ itu, tetapi lebih kepada memahami apa maksud istilah itu. Dalam kajian filsafat, istilah “Eksistensi” menunjuk pada suatu predikat suatu yang terkait ruang dan waktu.
Dalam tahap teologis menurut Comte , umat manusia mencari sebab-sebab terakhir di belakang peristiwa-peristiwa alam dan menemukannya dalam kekuatan-kekuatan adimanusiawi. Kekuatan-kekuatan ini disebut dewa-dewa yang dibayangkan memiliki kehendak atau rasio yang melampaui manusia. Zaman ini lalu dibagi menjadi tiga sub-bagian. Menurut Adien tahap ini dapat dirinci menjadi tiga tahap, yaitu:
a) Animisme
Animisme adalah kepercayaan kepada roh yang mendiami semua benda (pohon, batu, sungai, gunung, dsb). Pada sub-tahap yang paling primitif dan kekanak-kanakan, yaitu tahap fetisisme atau animisme, manusia menganggap objek-objek fisik itu berjiwa, berkehendak dan berhasrat.
b) Politheisme
Politeisme adalah kepercayaan atau pemujaan terhadap beberapa dewa, disebut dewa dan dewi. Pada tahap berikutnya, yaitu politeisme dimana kekuatan-kekuatan alam itu diproyeksikan dalam rupa dewa-dewa, jadi setiap kawasan gejala-gejala memiliki dewa-dewanya sendiri.
c) Monotheisme
Akhirnya, pada tahap monoteisme atau tahap tertinggi dewa-dewa dipadukan menjadi satu kekuatan adimanusiawi yang merupakan satu tokoh tertinggi. Manusia percaya adanya kekuatan tunggal di balik semua gejala tersebut.

B) Zaman Metafisis
Perkataan metafisika berasal dari bahasa yunani, meta yang berarti selain, sesudah atau sebalik, dan fisika, berarti alam nyata. Maksudnya ilmu yang menyelidiki hakikat segala sesuatu alam nyata dengan tidak terbatas pada apa yang dapat ditangkap oleh panca indra saja. (Hasbullah Bakry, 1971 hlm. 45).
Pengertian metafisika menurut menurut van Peursen adalah bagian filsafat yang memusatkan perhatiannya pada pernyataan mengenai akar terdalam yang mendasari segala adanya kita. (Van Peursen, 1983, hlm. 73)
Nama metafisika tidak pernah dipakai Aristoteles sendiri. Pendapat orang terdahulu, bahwa nama itu berasal dari Andronikos dari Rhodos (tahun 70 SM). (Anton Bakker, 1971 hlm. 1). Andronikos inilah yang menemukan sejumlah tulisan mengenai fisika, namun yang membicarakan sesuatu yang bersifat lebih umum dari segala sesuatu yang dibicarakan dalam fisika. Seperti asas/prinsip yang umum. Andronikos memberikan nama himpunan bagi tulisan-tulisan tersebut, yaitu metata physika. Berdasarkan atas pemberian nama itu, pada awal zaman pertengahan muncul istilah metafisika untuk menunjukkan ajaran kefilsafatan tertentu.
Aristoteles sendiri tidak mengenal istilah ontologi dan metafisika, tetapi beliau member nama tersendiri terhadap ilmu pengetahuan, yaitu Prote Philosphia yang berarti filsafat pertama/bagian filsafat yang utama. (B. Delfgaauw, 1984, hlm. 30).
Aristoteles berpendapat bahwa objek dari metafisika itu ada dua macam, yaitu ada sebagai yang ada, dan yang-ilahi. Pembahasan Yang-ada sebagai yang-ada, yang-ada dalam keadaanya yang wajar, menunjukkan bahwa ilmu pengetahuan semacam ini berusaha untuk memahami yang-ada itu dalam bentuk yang semurni-murninya. Dalam hal ini yang penting bukannya apakah yang-ada itu dapat terkena oleh perubahan atau tidak, bersifat ilmu pengetahuan yang dinamakan metafisika itu. Pada waktu itu orang beranggapan kedua macam masalah tersebut yang satu tidak dapat dipisahkan dengan yang lain.
Dalam tahap metafisis umat manusia berkembang dalam pengetahuannya seperti seseorang melangkah pada masa remajanya. Kekuatan adimanusiawi dalam tahap sebelumnya itu sekarang diubah menjadi abstraksi-abstraksi metafisis. Misalnya: konsep “ether”, “causa”, dst. Dengan demikian, peralihan ke tahap ini diselesaikan sesudah seluruh konsep mengenai kekuatan-kekuatan adimanusiawi diubah menjadi konsep-konsep abstrak mengenai alam secara keseluruhan. Tidak ada lagi dewa-dewa, yang ada hanyalah entitas-entitas abstrak yang metafisis, dengan pengertian-pengertian atau dengan pengada-pengada yang lahiriah dan dipersatukan dalam sesuatu yang bersifat umum yaitu alam. Dimana alam dipandang sebagai asal segala penampakan atau gejala yang khusus.

C) Zaman Positif
Akhirnya, umat manusia mencapai kedewasaan mentalnya dalam tahap positif. Pada zaman ini umat manusia tidak lagi menjelaskan sebab-sebab di luar fakta-fakta yang teramati. Pikiran hanya memusatkan diri pada yang faktual yang sebenarnya bekerja menurut hukum-hukum umum, misalnya hukum gravitasi. Baru pada tahap inilah ilmu pengetahuan berkembang penuh. Ilmu pengetahuan tidak hanya melukiskan yang real, tapi juga bersifat pasti dan berguna.
Comte juga mencoba menghubungkan tahap-tahap mental tersebut dengan bentuk-bentuk organisasi sosial. Tahap teologis dihubungkannya dengan absolutisme misalnya otoritas absolut raja dan golongan militer. Pada tahap metafisis, absolutisme raja dihancurkan dan diganti dengan kepercayaan akan hak-hak abstrak rakyat dan hukum. Akhirnya, pada tahap positif organisasi masyarakat industri menjadi pusat perhatian. Ekonomi menjadi primadona dan kekuasaan elite intelektual muncul. Mereka ini menduduki peran organisator sosial bagi Comte, sosiologi merupakan ilmu baru yang dapat mereka pakai untuk mengorganisasikan masyarakat industri.
Rekonstruksi historis Comte ini di kemudian hari mulai ditanggapi secara kritis. Kebanyakan kritikus mempersoalkan kenetralan rekonstruksi itu. Comte memang mahir dalam menafsirkan sejarah Eropa dari abad ke abad dengan sebuah pretensi untuk menjadi objektif. Akan tetapi, kalau diperhatikan lebih jauh akan jelas bahwa dia membaca sejarah Eropa dari sudut pandang tertentu, yaitu sudut pandang positivistis. Pertama, dia menilai sejarah masa lalu dengan kriteria pengetahuan ilmiah yang baginya adalah satu-satunya kebenaran yang dituju segala bentuk pengetahuan. Kedua, seperti Hegel, dia juga ingin memandang filsafat positif sebagai tujuan sejarah, sehingga dia tidak siap menerima kemungkinan adanya tahap post-positivisme. Demikianlah di samping munculnya neo positivisme Lingkungan Wina, banyak filsuf abad ke-20 mengambil sikap kritis terhadap positivisme.

D) Altruisme
Altruisme diartikan sebagai kewajiban yang ditujukan pada kebaikan orang lain. Dari kata Latin alter, artinya orang lain. Hukum Agung dalam ajaran Yesus Kristus menekankan kasih terhadap sesama seperti kasih terhadap diri sendiri. Hukum Agung tersebut dapat disebut sebagai suatu etika altruistik. Suatu tindakan altruistik adalah tindakan kasih yang dalam bahasa Yunani disebut agape.
Agape adalah tindakan mengasihi atau memperlakukan sesama dengan baik semata-mata untuk tujuan kebaikan orang itu dan tanpa dirasuki oleh kepentingan orang yang mengasihi. Maka, tindakan altruistik pastilah selalu bersifat konstruktif, membangun, memperkembangkan dan menumbuhkan kehidupan sesama.
Suatu tindakan altruistik tidak berhenti pada perbuatan itu sendiri. Keberlanjutan tindakan itu sebagai produknya dan bukan sebagai kebergantungan merupakan salah satu indikasi dari moralitas altruistik. Moralitas altruistik tidak sekadar mengandung kemurahan hati atau belas kasihan. Ia diresapi dan dijiwai oleh kesukaan memajukan sesama tanpa pamrih. Karena itu, tindakannya menuntut kesungguhan dan tanggung jawab yang berkualitas tinggi.
Altruistik diajarkan semua agama. Dari sudut pandang teologi, altruistik merupakan suatu tindakan yang dijiwai oleh panggilan ilahi.
Kualitas iman atau agama justru harus diukur dari tindakan altruistik seseorang. Seorang yang mengaku beragama atau beriman mestilah jiwa dan rohnya diresapi kasih sayang terhadap sesama tanpa bersikap diskriminatif dan primordialistik.
Ciri utama moralitas altruistik adalah pengorbanan. Pemberian bantuan yang didasarkan pada kebutuhan sesama disebut sebagai tindakan filantropik. Karena itu, tindakan altruistik menjadi suatu yang diidealkan dalam ajaran-ajaran agama. Bahwa sesama manusia harus dikasihi.





2. Renaisans
Dalam periodisasi sejarah filsafat Barat, istilah renaissance untuk menandai masa-masa antara abad ke-13 dan akhir abad ke-15. Istilah Renaissance berasal dari bahasa Prancis yang berarti kebangkitan kembali. Oleh sejarawan istilah tersebut digunakan untuk menunjukkan berbagai periode kebangkitan intelektual, khususnya Eropa. Ciri filsafat Renaissance ada pada filsafat modern, yaitu menghidupkan kembali rasionalisme Yunani.
Berbeda dengan abad sebelumnya, yakni abad pertengahan yang lebih menitik beratkan oada aspek ajaran agama Kristen dimana gereja menjadi symbol kejayaan dan kekuasaan dalam segala aspek kehidupan termasuk dalam pemikiran. Orientasi pemikiran di abad ini lebih bersifat teoritis ketimbang filosofis murni. Maka tak heran bila segala sesuatunya dikembalikan kepada Tuhan. Sehingga akhirnya gereja sangat mendominasi dan siapa pun tidak bisa mengganggu gugat kekuasaan dan otoritasnya.
Situasi periode ini justru lebih berbeda dengan abad pertengahan yang memiliki semangat kebebasan. Spirit kebebasan inilah yang pernah terjadi di zaman sebelumnya tetapi hilang akibat hilang system teokrasi yang membelenggu dan memberangus kebebasan hingga akhirnya kembali dihirup dan nikmati di era kebangkitan ini.
Citra baru mengenai dunia pada zaman renaissans memperoleh pengungkapannya yang paling tajam pada ajaran Geonardo Bruno . Pada tahun 1548 ia lahir di Nola, Campania. Sejak masa mudanya ia masuk serikat Dominicius, namun baik cara berfikirnya maupun cara hidupnya tidak memungkinkannya untuk tinggal bicara. Semenjak tahun 1576 ia menjelajahi perancis, inggris dan jerman dan akhirnya kembali ke Italia.

3. Humanisme
Istilah humanisme mempunyai riwayat dan pemaknaan yang kompleks. Humanisme, sebagai sebuah terma mulai dikenal dalam diskursus wacana filsafat sekitar awal abad ke 19. Menurut K. Bertens, istilah humanisme baru digunakan pertama kali dalam literatur di Jerman, sekitar tahun 1806 dan di Inggris sekitar tahun 1860.
Istilah humanisme diawali dari Term humanis atau humanum(yang manusiawi) yang jauh lebih dulu dikenal, yaitu mulai sekitar masa akhir zaman skolastik di Italia pada abad ke 14 hingga tersebar ke hampir seluruh Eropa di abad ke 16.
Renaissance dan humanisme itu sangat berhubungan erat , humanism itu tidak lain dari pada suatu segi tertentu dari renaissance. Orang menginginkan dan mengkehendaki supaya manusia itu diperbaharui, maka orang lalu mencari cita-cita tentang bagaimana seharusnya pembaharuan itu. Kemudian cita-cita itu dapat di ketemukan (jadi ini berarti di penuhinya keinginan mereka itu), yaitu yang berupa kembalinya keadaan seperti pada zaman kuno.
Dalam perkembangannya humanisme di Eropa menampilkan penentangan yang cukup gigih terhadap agama (dalam hal ini Kristen) dan mencapai puncaknya, ketika Augusto Comte mendeklarasikan “agama humanitarian” dan menggantikan agama yang dianggap tidak humanis.
Humanisme sebagai sebuah term diskursus menuai berbagai pemaknaan, tergantung berbagai sudut pandang dan tinjauan yang digunakan. A. Lalande, menyebutkan beberapa pengertian humanisme, yang diantaranya ada yang saling bertentangan. Salah satu pengertian humanisme adalah gerakan humanis di Eropa yang memandang manusia dalam perspektif “manusiawi’ belaka yang bertentangan dengan perspektif religius (agama).
Di samping itu, A. Lalande juga menyebutkan pengertian humanisme sebagai pandangan yang menyoroti manusia menurut aspek-aspek yang lebih tinggi (seni, ilmu pengetahuan, moral, dan agama) yang bertentangan dengan aspek-aspek yang lebih rendah dari manusia. Ali Syari’ati menyebutkan defenisi humanisme sebagai himpunan prinsip-prinsip dasar kemanusiaan yang berorientasi pada keselamatan dan kesempurnaan manusia.
Tampaknya dari berbagai defenisi mengenai humanisme, defenisi yang diajukan oleh Ali Syari’ati lebih mendekati arti humanisme dari sudut pandang etimologis (human atau homo = manusia dan isme = paham atau pandangan).
Sekalipun istilah humanisme merupakan terma yang hanya dikenal dalam diskursus filsafat, namun humanisme sebagai pandangan mengenai konsep dasar kemanusiaan dapat ditinjau dari berbagai sudut pandang, seperti sains dan spiritualisme. Dalam tulisan ini, humanisme coba diurai secara singkat dari tinjauan sains, filsafat, dan spiritualisme.
Secara ontologis, sains mendasarkan pandangannya pada diktum fisika Newton yang menyatakan”tiada fenomena yang tak dapat diukur dalam filsafat eksperimental”. Diktum inimelahirkan pandangan positivisme yang menekankan metode empirikal-eksperimentatif dalam memahami realitas. Metode ini meniscayakan lahirnya paradigma reduksionisme-atomistik yang menghasilkan pengerusan pada makna dan hakekat realitas. Dalam nalar saintifik pengetahuan semata bersifat nomotetis dan tidak terdapat pengetahuan yang bersifat ideografis (nilai dan kesadaran).
Pandangan sains tersebut, menuai kritik yang cukup tajam dari parailmuwan dan filosof yang mencermati dilema-dilema yang muncul dalam fakta kemanusiaan sebagai akibat pandangan humanisme yang sangat saintifik (positivistik).
4. Naturalisme
Naturalisme berasal dari kata “nature.” Kadang pendefinisikan “nature” hanya dalam makna dunia material saja, sesuatu selain fisik secara otomatis menjadi “supranatural.” Tetapi dalam realita, alam terdiri dari alam material dan alam spiritual, masing-masing dengan hukumnya sendiri. Era Pencerahan, misalnya, memahami alam bukan sebagai keberadaan benda-benda fisik tetapi sebagai asal dan fondasi kebenaran. Ia tidak memperlawankan material dengan spiritual, istilah itu mencakup bukan hanya alam fisik tetapi juga alam intelektual dan moral.
Salah satu ciri yang paling menakjubkan dari alam semesta adalah keteraturan. Benak manusia sejak dulu menangkap keteraturan ini. Terbit dan tenggelamnya Matahari, peredaran planet-planet dan susunan bintang-bintang yang bergeser teratur dari malam ke malam sejak pertama kali manusia menyadari keberadaannya di dalam alam semesta, hanya merupakan contoh-contoh sederhana. Ilmu pengetahuan itu sendiri hanya menjadi mungkin karena keteraturan tersebut yang kemudian dibahasakan lewat hukum-hukum matematika. Tugas ilmu pengetahuan umumnya dapat dikatakan sebagai menelaah, mengkaji, menghubungkan semua keteraturan yang teramati. Ilmu pengetahuan bertujuan menjawab pertanyaan bagaimana dan mengapa. Namun khusus untuk kosmologi, pertanyaan ‘mengapa’ ini di titik tertentu mengalami kesulitan yang luar biasa.
Sebagai suatu telaah mengenai alam semesta, kosmologi abad ke-20 yang dikenal sekarang ini berkembang dan diterima sebagai sintesis besar berbagai cabang ilmu pengetahuan alam. Kosmologi ini berupaya memperoleh pengertian yang menyeluruh mengenai struktur spasial, temporal, dan komposisional alam semesta skala besar dengan maksud mempersatukan tampilan dan sifat alam semesta teramati ke dalam suatu hopitesis yang akan mendefinisikan struktur dan evolusinya.
Kosmologi mengalami kemajuan yang luar biasa pesat terutama karena dukungan kecanggihan piranti pengamatan astronomis, serta laboratorium fisika zarah yang mampu menyediakan ‘ruang-waktu’ mirip masa lampau alam semesta dini. Sementara teori-teori fisika kontemporer menyediakan tetapan-tetapan dasar yang memungkinkan perilaku berbagai tampilan alam semesta dalam skala yang berbeda-beda kian dimengerti.

5. Materealisme
Materialisme, asal katanya dari bahasa Inggris : Materialism, dan ajaran ini menekankan pada keunggulan faktor-faktor”material” atas yang “spiritual” dalam metafisika, teori nilai, fisiologi, epistemologi atau penjelasan historis.

Beberapa pengertian tentang Materialisme.
1. Di dalam materialisme tidak terdapat entitas-entitas nonmaterial seperti : roh, hantu, setan dan malaikat. Pelaku-pelaku immaterial tidak ada.
2. Tidak ada Allah atau dunia adikodrati/supranatural. Realitas satu-satunya adalah materi dan segala sesuatu merupakan manifestasi dari aktivitas materi.
3. Materi dan aktivitasnya bersifat abadi. Tidak ada Penggerak Pertama atau Sebab Pertama.
4. Tidak ada kehidupan, tidak ada pikiran yang kekal. Semua gejala berubah, akhirnya melampaui eksistensi, yang kembali lagi ke dasar material primordial, abadi, dalam suatu peralihan wujud yang abadi dari materi.

Ada sekitar enam macam Materialisme, tetapi yang cukup popular adalah Materialisme Dialektis Marx-Engel.
1. Teorinya :
1.1. Kemajuan sosial terjadi melalui perjuangan konflik, interaksi, dan oposisi (khususnya kelas-kelas ekonomi).
1.2. Perkembangan atau munculnya satu tingkat masyarakat lainnya tidak terjadi secara gradual tetapi dengan lompatan-lompatan yang tiba-tiba dan kadang-kadang bersifat katastrofik.
2. Proses pemikiran:
2.1. Mengamati bagaimana semua barang berkaitan timbal balik secara tidak dapat ditawar-tawar sebagai suatu keseluruhan.
2.2. Menerima keharusan/keniscayaan dari keseluruhan yang berkaitan timbal-balik (yang merupakan esensi dari kebebasan).
2.3. Menerima ketakterelakan perjuangan, konflik, kontradiksi, perubahan, dan munculnya kebaruan dalam alam semesta.
3. Konsepnya,
Menyangkut konsep perjuangan (ketegangan, perubahan, kekuatan- kekuatan yang berlawanan) sebagai dorongan yang sangat fundamental dalam segala hal, antara lain :
3.1. Berjuang untuk menjadi lain dari pada adanya sebelumnya.
3.2. Berjuang untuk menghindari rintangan.
3.3. Berjuang untuk mengatasi benda-benda lain. Materialisme dialektik juga mengangkat konsep kesatuan, hubungan timbal balik secara niscaya dan rasional dalam alam semesta. Kebenaran sempurna tercapai karena mengetahui kebenaran-kebenaran akan eksistensi hal partikular manapun dan mengetahui bagaimana hal partikular berhubungan dengan semua hal lainnya yang ada dan sudah ada dalam alam semesta.

6. Pragmatisme
Pragmatisme berasal dari kata pragma yang berarti Guna . Pragma berasal dari kata yunani. Maka Pragmatisme adalah suatu aliran yang mengajarkan bahwa yang benar adalah apa saja yang membuktikan dirinya sebagai yang benar dengan akibat-akibat yang bermanfaat secara praktis. Misalnya, berbagai pengalaman pribadi tentang kebenaran mistik, asalkan dapat membawa kepraktisan dan bermanfaat. Artinya, segala sesuatu dapat diterima asalkan bermanfaat bagi kehidupan.
Tokohnya: William James (1842-1910) lahir di New York, yang memperkenalkan ide-idenya tentang pragmatism kepada dunia. Ia ahli dalam bidang seni, Psikologi, Anatomi, Fisiologi dan Filsafat.
Pemikiran filsafatnya lahir, karena dalam sepanjang hidupnya mengalami konflik antara pandangan ilmu pengetahuan dengan agama. Ia beranggapan, bahwa masalah kebenaran, tentang asal/tujuan dan hakikat bagi orang amerika terlalu teoritis. Yang ia inginkan adalah hasil-hasil yang kongkrit. Dengan demikian, untuk mengetahui kebenaran dari idea tau konsep haruslah diselidiki konsekuensi-konsekuensi praktisnya.
Karena metode yang dipakai sangat popular untuk dipakai dalam mengambil keputusan melakukan tidakan tertentu, dan menyangkut pengalaman manusia sendiri, filsafat ini pun segera menjadi popular.
Kaitannya dengan agama, apabila ide-ide agama dapat memperkaya kehidupan, maka ide-ide tersebut benar.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Auguste Comte, yang bernama lengkap Isidore Marie Auguste Francois Xavier Comte, di lahirkan di Montpellier Prancis selatan pada 17 Januari 1798. Dalam usia 25 tahun, Comte studi di Ecole Polytecnique di Paris dan sesudah dua tahun di sana dia mempelajari pikiran-pikiran kaum ideolog. Saint-Simon menerimanya sebagai sekretarisnya, dan sulit dipungkiri bahwa pemikiran Saint-Simon mempengaruhi perkembangan intelektual Comte. Mereka cocok dengan pandangan bahwa reorganisasi masyarakat bisa dilakukan dengan bantuan ilmu pengetahuan baru tentang perilaku manusia dan masyarakatnya. Tapi ada juga ketidakcocokan diantara mereka yang akhirnya Comte memisahkan diri dari Saint-Simon.
Comte menjelaskan bahwa munculnya ilmu-ilmu alam tak bisa dipahami secara terlepas dari sejarah perkembangan pengetahuan umat manusia dari abad ke abad. Sejarah pengetahuan itu berkembang melalui tiga tahap yang ia sebut “tahap teologis”, “tahap metafisis”, dan “tahap positif” yaitu tahap-tahap perkembangan mental umat manusia sebagai suatu keseluruhan.
Filsafat Positif yang digagas Augiste Comte ini adalah hasil konfigurasi dari hukum-hukum dasar filsafat Rasionalisme dan Empirisme. Comte telah merujuk pada rasonalisme yang dikembangkan oleh Descartes dan pada ilmu pengetahuan alam seperti yang dikembangkan oleh Galileo Galilei Isac Newton, dan Francis Bacon.
Comte mempunyai keyakinan epistemologis dan metodologis yang sangat kuat. Penolakan Comte atas cara berpikir teologis dan metafisis, serta usahanya untuk merumuskan suatu ilmu pengetahuan positif yang bersifat obyektif, ilmiah, dan universal, pada akhirnya membawa dirinya pada ilmu pasti (the science of number). Tanpa ilmu pasti (matematika atau metafisis), ilmu pegetahuan akan kemali menjadi metafisis.

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Zainal. 2006. Filsafat Manusia Memahami Manusia Melalui Filsafat. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Adian, Dony Gahral. 2006. Percik Pemikiran Kontemporer Sebuah Pengantar. Yogyakarta: Jalasutra Anggota IKAPI
Akmadi, Asmoro,1997. Filsafat Umum: Jakarta PT. Raja Grafindo Persada
Hardiman, F.Budi. 2004. Filsafat Modern, dari Machiavelli Sampai Nietzche. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Maksum, Ali. 2008. Pengantar Filsafat: Dari masa klasik hingga Posmodernisme. Jogjakarta: AR-RUZZ MEDIA
Muslih, Muhammad. 2005. Filsafat Umum – Cet. 1. Yogyakarta : Belukar
Praja, Juhaya. 2003. Aliran-Aliran Filsafat dan Etika. Jakarta: PRENADA MEDIA
Surajiyo. 2005. Ilmu Filsafat Suatu Pengantar. Jakarta : PT. Bumi Aksara.
Tafsir, Ahmad. 2005. Filsafat Umum, Akal dan Hati Sejak Thaes Sampai Capra. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

pendidikan di indonesia

Oleh: A.Aly Syukron AM

Bangsa Indonesia mulai mengenal baca-tulis sejak abad ke-5 M, yaitu pada masa mulainya masuk agama Hindu dan Budha ke Indonesia, pada awalnya yang belajar untuk baca-tulis adalah para Pendeta dan bangsawan kerajaan saja, dan mereka pun masih menggunakan bahasa Sansekerta. Bahasa mulai dikenal masyarakat umum ketika terjadi akulturasi antara budaya Hindu-Budha dan Indonesia. Pada abad ke-16 M, masyarakat mulai mengenal huruf kawi dan jawa kuno sebagai bahasa turunan sansekerta. Sejak saat itu masyarakat bangsa Indonesia mulai mengenal baca-tulis dan mulai giat untuk mempelajari ilmu pengetahuan. Apalagi pada saat itu masyarakat Indonesia ingin mengusir para penjajah, maka para pemuda Indonesia semakin giat belajar.
Pada masa itu sistem yang dipakai dalam pengajaran adalah sistem sorogan yaitu murid hanya mendengarkan apa yang diterangkan oleh guru, akan tetapi pada masa itu masih berlaku, seorang guru memberi hukuman bagi anak yang malas untuk belajar. Sehingga murid belajar dengan sungguh-sungguh dan mereka selalu hafal apa yang telah mereka pelajari.
Setelah Indonesia merdeka dari penjajah, Indonesia dipimpin oleh presiden yaitu Ir. Soekarno.Walaupun sudah merdeka, pemuda Indonesia masih giat untuk belajar. Setelah Ir. Soekarno turun dari jabatan kursi kepresidenan, digantikan oleh Soeharto yang dalam pemerintahannya tidak ada yang berani membantah. Jika berani membantah maka mereka akan dihukum. Sehingga tidak ada yang berani untuk melawan beliau.sehingga beliau menjabat selama 35 tahun.
Karena masyarakat Indonesia semakin pintar dan berani, pada tahun 2000/2001 para Pemuda melakukan revormasi, Presiden Suharto dilengserkan dari kursi kepresidenannya. Dari sini mulailah berubah mulai dari ekonomi, sosial sampai dalam bidang Pendidikan. Dalam bidang pendidikan banyak sekali perubahan, dimulai dari masa kepresidenan K.H Abdurrahman Wahid yaitu dengan naiknya gaji para Guru hingga saat ini.
Tidak sampai disini perjuangan untuk memajukan pendidikan di Indonesia. Mulai pada tahun 2004, untuk menarik motivasi masyarakat Indonesia pemerintah mengadakan sekolah bebas biaya yang biasa disebut dengan Biaya Operasional Sekolah (BOS), yang diberikan kepada siswa yang sedang menempuh program Wajib Sekolah 9 tahun.
Setiap tahun pemerintah selalu memperbaiki sistem pendidikan di Indonesia. mulai dari CBSA, KBK sampai KTSP, dan dari siswa juga diperbaiki untuk menyemangati mereka. Mereka dituntut lulus dengan nilai minimum yang telah ditentukan oleh negara. Ini juga diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan. Tidak hanya siswa, para pengawas sekolah/madrasah pun juga dibuatkan peraturan, peraturan tersebut terdapat dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Replubik Indonesia no 12 tahun 2007 tentang standar pengawas sekolah/madrasah yaitu tentang syarat menjadi seorang pengawas.
Guru pun juga begitu, beliau diatur dalam Peraturan Mentri Pendidikan Nasional Replubik Indonesia no 16 tahun 2007 tentang standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru dan pada tahun 2008 lahirlah Undang-undang Peraturan Pemerintah Replubik Indonesia no.74 tahun 2008 tentang guru. Setelah itu muncul Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Replubik Indonesia no 39 tahun 2009 tentang pemenuhan beban kerja guru dan pengawasan satuan pendidikan dan Peraturan Mentri Pendidikan Nasional Replubik Indonesia no 63 tahun 2009 tentang sistem penjaminan mutu pendidikan. Supaya pendidikan anak Indonesia lebih baik dan lebih maju.
Menteri Pendidikan Nasional membuat undang-undang tentang sisitem pendidikan nasional yang termaktub dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan. Bab II Tentang Pengelolaan Pendidikan, diantaranya yaitu:
 Pasal 9 ayat 2.
Menteri menetapkan kebijakan untuk menjamin peserta didik memperoleh akses pelayanan pendidikan bagi peserta didik yang orang tua/walinya tidak mampu membiayai pendidikan, peserta didik pendidikan khusus, dan/atau peserta didik di daerah khusus.
 Pasal 134 Ayat 2
a. Kecerdasan spiritual merupakan kecerdasan manusia untuk memahami dan melaksanakan ajaran agama.
b. Kecerdasan intelektual merupakan kecerdasan manusia yang terutama digunakan manusia untuk berhubungan dengan mengelola alam.
c. Keceredasan emosional merupakan kecerdasan manusia yang terutama digunakan untuk mengelola emosi diri sendiri dan hubungan dengan orang lain dan masyarakat dengan sikap empati.
d. Kecerdasan sosial merupakan kecerdasan manusia yang terutama digunakan untuk berhubungan dan bekerja sama dengan orang lain dan masyarakat serta hubungan antarmanusia.
e. Kecerdasan estetik merupakan kecerdasan manusia yang berhubungan dengan rasa keindahan, keserasian, dan keharmonisan.
f. Kecerdasan kinestetik merupakan kecerdasan manusia yang berhubungan dengan koordinasi gerak tubuh seperti yang dilakukan penari dan atlet.
 Pasal 143
Yang dimaksud dengan “negara maju” adalah negara yang mempunyai keunggulan di bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni tertentu.
Dari ketiga pasal di atas, jelas sudah peran pemerintah dalam memajukan pendidikan di Indonesia yang tidak hanya ditujukan kepada segelintir masyarakat, akan tetapi dilaksanakan secara menyeluruh dan merata.
Dari pasal 9 ayat 2 tersebut di atas ditujukan kepada masyarakat yang kurang mampu dan berkeinginan untuk menempuh jenjang pendidikan yang diwajibkan oleh pemerintah selama 9 tahun.
Sedangkan untuk pasal 134 sangat cocok digunakan untuk segala tahap pendidikan yang berbasis keagamaan yang bertujuan untuk menciptakan manusia yang cerdas dalam segala hal. Dan yang dimaksudkan dari pasal 143, untuk memajukan bangsa yang diutamakan adalah dari segi ilmu pengetahuan yang luas, teknologi yang maju, dan seni budaya yang terjaga keasliannya dan dilestarikan secara turun-temurun sehingga dikenal di mata dunia.
klik disini

POTRET PENDIDIKAN MASA KINI

Pendidikan merupakan upaya sadar orang dewasa (terencana ataupun tidak), bertujuan untuk mewujudkan peserta didik secara aktif, mengembangkan potensi dirinya guna memiliki kekuatan kecerdasan (intelektual, emosional dan spiritual), berupaya membentuk akhlak mulia dan menumbuhkan keterampilan-keterampilan yang diperlukan. Baik untuk dirinya, masyarakat ataupun lingkungan di mana mereka berada. Sejalan dengan itu, sistem pendidikan nasionalpun telah berupaya menjawab dan mengendalikan, peningkatan mutu dan relevansi serta efisensi manajemen pendidikan sesuai dengan tuntutan perkembangan zamannya. Di samping itu juga, sistem pendidikan berupaya mengendalikan pemerataan kesempatan pendidikan secara serasi, selaras dan seimbang.

Sistem pendidikan nasional tersebut direncanakan dan dilaksanakan berdasarkan amanat Pembukaan Undang- Undang Dasar Negara Indonesia tahun 1945, yakni Pemerintah Negara Indonesia merlindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut serta melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

Keywords : Poterit, Pendidikan dan Kehidupan.

PENDAHULUAN

Gambaran umum kehidupan masyarakat masa kini, banyak kemajuan yang dirasakan, baik dalam ilmu pengetahuan, teknologi ataupun komunikasi mulai dari yang sifatnya tradional hingga yang paling canggih. Di balik semua itu banyak pula dilihat, dirasakan dan didengar orang tua (langsung/tidak langsung) telah menyatakan keluhan terhadap keperihatinan terhadap anak-anaknya. Keluhan-keluhan tersebut meliputi ; 1). Pekerjaan terbatas dan tenaga kerja yang melimpah ruah, pengangguran terjadi di mana-mana, premanisasi semakin menjadi-jadi dari kalangan kaum muda. 2). Pergaulan bebas sudah tidak bisa dibatasi. 3). Model-model pakaian yang memicu kepada gairah seks. 4) Pergaulan anak dan orang tua kurang memperhatikan moral, akan tetapi lebih mementingkan kepada materi dan keilmuan. 5). Persoalan agama hanya merupakan simbol-simbol ritual, sedangkan amaliyah dan syari'atnya kurang dikerjakan. Sehingga umat beragama nyaris kehilangan identitas keagamaannya.

Di samping persoalan di atas, pendidikan juga tidak lepas dari persoalan orang tua, di sana sini terkandung beban yang sangat berat guna membina generasi muda yang memiliki "BOM" (Basic of Material). Banyak orang tua yang tidak bisa menyesuaikan harga (pembiayaan) pendidikan yang cukup mahal.

Berbicara tentang pendidikan, tidak hanya berbicara tentang ilmu dan keterampilan, akan tetapi juga menyangkut soal akhlak (moral). DR. Miqdad Yeljen mengungkapkan : "Persoalan Akhlak, cukup mencolok dengan semakin bertambahnya angka kriminilitas dan berbagai macam bentuk penyimpangan moral. Seperti ; pemalsuan, penipuan, pencurian, pengkhianatan, tidak loyal pada janji dan tidak pula komitmen dengan hal-hal lainnya

Contoh lain adalah merajalelanya mabuk-mabukan, pencandu obat-obatan terlarang, perzinaan, pelanggaran terhadap kehormatan dan membudayanya perkataan kotor dan cacian, penyimpangan-penyimpangan moral ini semakin hari semakin bertambah dan bukan malah menurun (berkurang)

Belum lagi kita bicara tentang pergolakan sosial, politik dan peradaban. Kesemua sangat berpengaruh pada prilaku, perbuatan, sikap dan sudut pandang berpikir dalam diri individu dan kelompok yang berdalih kepentingan orang banyak.

Semua peristiwa atau sekandal-sekandal yang berkembang di masyarakat erat kaitanya dengan keberhasilan pendidikan. Betapa banyak lembaga-lembaga pendidikan, baik secara pormal (Pendidikan sekolah) ataupun pendidikan Non Formal (Pendidikan luar Sekolah), dalam pendidikan luar sekolah semakin hari tumbuh dan berkembang majelis-majelis ta'lim, bagaikan jamur di musim hujan. Akan tetapi semua itu belum mampu memecahkan atau menemukan solusi terbaik untuk pembinaan umat (generasi) yang lebih baik.

DASAR PENDIDIKAN DI NEGARA INDONESIA

Sehubungan dengan kehendak mencerdaskan kehidupan bangsa, sesuai dengan UUD'45 pasal 31 ayat 1 dan 2, menyatakan;

1. Tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran.

2. Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan sistem pengajaran nasional yang diatur dengan undang-undang.

Realisasi dari UUD'45 ini lahirlal UU RI tentang pendidikan nasional. Berdasarkan UU Republik Indonesia No. 22 Th. 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS), Bab II pasal 2 Perdidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Ripublik Indonesia Tahun 1945, dan pasal 3 Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Manusia sebagai makhluk Tuhan yang dijadikan-Nya paling sempurna di antara makhluk lainnya. Sebagaimana dijelaskan oleh Allah dalam firman-Nya :

Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka), kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya. Maka apakah yang menyebabkan kamu mendustakan (hari) pembalasan sesudah (adanya keterangan-keterangan) itu? Bukankah Allah Hakim yang seadil-adilnya?

Dari ayat ini jelas memberikan gambaran bahwa manusia yang dijadikan Allah dengan sebaik-baik bentuk akan berbalik kepada bentuk yang serendah-rendahnya. Artinya jika kejadian yang sempurna bagi manusia itu bila tidak dipelihara dengan sebaik-baiknya, maka manusia tersebut akan menjadi tidak baik. Untuk memelihara kebaikan bentuk tersebut, maka diperlukan latihan dan kebiasaan-kebiasaan untuk berbuat baik, selalu memperhatikan dirinya agar tidak melakukan perbuatan yang merusak bentuk kejadian yang baik.

Memahami akan ayat tadi, maka manusia dituntut untuk memelihara bentuk kejadiannya yang sempurna itu. Salah satu alternatif yang menjadi pokok perhatiannya adalah melalui "pendidikan".selanjutnya Allah memperingatkan :

Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran .

Dalam surat ini terkandung maksud bahwa manusia memerlukan pendidikan, misal dalam lafadz 'manusia" (ÇáÇäÓÇä )

Disebutkan dalam al-qur'an sebanyak 65 kali, seluruhnya untuk tujuan-tujuan pendidikan yang disertai dengan seruan kepada kebajikan dan pencegahan dari yang mungkar. Semua itu disampaikan dalam bentuk peringatan tentang penciptaannya atau dengan mengemukakan fitrahnya, atau menjauhkannya dari penyelewengan-penyelewengan, keangkuhan dan kekufurannya, atau dengan menggambarkan nikmat-nikmat Allah yang diberikan kepadanya serta pendidikan yang diberikan Allah kepadanya.

Memahami akan makna pendidikan, kiranya perlu direnungkan surat pertama yang diturunkan Allah untuk melihat sikap yang jelas sisi kebaikan dan keburukan manusia, yakni :

Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. Ketahuilah! Sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas, karena dia melihat dirinya serba cukup. Sesungguhnya hanya kepada Tuhanmulah kembali (mu).

Pada ayat ini terkandung maksud bahwa manusia dididik untuk memperhatikan Allah atau selalu menyebut nama Allah, dan memperhatikan pelajarannya, membuka mata hati untuk mengerti semua ciptaannya dan memahami hakikat kejadiannya..

Telah digambarkan bahwa Allah telah menciptakan dunia dan akhirat agar manusia untuk menjadi tempat tinggalnya, sebagai khalifah dan mengerti bahwa akan ada suatu hari perhitungan atau hari pertanggung jawaban. Bagi mereka yang berpikir sudah barang tentu akan selalu waspada dan mawas diri agar setelah tiba masa hari perhitungan tidak mendapat kesulitan.

Upaya menyelamatkan manusia dari serendah-rendahnya derajat manusia, maka manusia memerlukan agama dan pendidikan. Agama yang benar adalah yang berpedoman pada Al-Qur'an dan Al-Hadits. Dan untuk memahami agama itu maka manusia memerlukan pendidikan. Pendidikan adalah pertolongan orang-orang yang bertanggung-jawab atas perkembangan anak agar mereka menjadi dewasa. Semua kebaikan memang tidak bisa kita harapkan karena banyaknya pengetahuan atau resep-resep pendidikan. Ketidak tahuan adalah merupakan penyakit yang paling mudah disembuhkan, akan tetapi membentuk pribadi yang sempurna adalah amat sulit.

Pembentukan perilaku seseorang sangat ditentukan oleh lingkungnan terbesar, yakni Rumah tangga, Sekolah dan masyarakat. Ketiga-tiganya harus berjalan selaras dan seimbang. Di lingkungan rumah tangga pendidikannya berjalan dengan baik dan benar, juga di sekiolah sudah terprogram dengan baik, namun di lingkungan masyarakat tidak baik, maka pendidikan perilakupun tidak menjadi sempurna. Sebaliknya di lingkungan masyarakat baik dan juga disekolah baik, akan tetapi sdi lingkungan rumah tangga tidak terurus sengan baik , maka perilaku yang diharapkan juga tidak akan muncul.

PENTINGNYA PENDIDIKAN DALAM KEHIDUPAN

Gambaran tentang pentingnya pendidikan, maka dapat dilihat pada diagram di bawah ini.

HAL HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM PENDIDIKAN

PENDIDIKAN

PERTOLONGAN

TUJUAN

Suatu gambaran bahwa pelaksanaan pendidikan harus jelas dan bersifat pertolongan, pertolongan itu sendiri diperlukan ke arah kedewasaan untuk mencapai tujuan pendidikan, baik yang bersifat umum ataupun secara khusus, yakni pembentukan manusia yang berkualitas untuk selanjutnya menjadi pribadi muslim sejati. Artinya tujuan akhir dari pendidikan itu adalah kebahagiaan di dunia dan di akhirat.

Banyak orang yang berhasil mendidik anak-anaknya hingga ke perguruan tinggi, berhasil dalam urusan dunianya, akan tetapi urusan akhiratnya gagal. Sebaliknya banyak orang tua yang berhasil mendidik urusan ahkirat, akan tetapi gagal dalam urusan dunia.

Dengan demikian kebijaksanaan dalam memilih pendidikan terhadap generasinya merupakan hal penting, karena gejala pendidikan itu sendiri sebenarnya merupakan kebutuhan bagi setiap orang, tanpa pendidikan seseorang tidak akan dapat tumbuh dan berkembangan dengan baik. Pendidikan secara umum saja belum cukup membekali kehidupan seseorang, sebaliknya pendidikan agama saja juga belum cukup membekali hidup seseorang, pendidikan yang edial adalah kedua-duanya.

Upaya mendapatkan pendidikan umum ataupun agama, diperlukan ilmu yang didapatkan melalui proses pendidikan itu sendiri, baik dalam sekolah ataupun luar sekolah, output pendidikan sangat berhubungan dengan berhubungan pembentukan pribadi.

Selanjutnya untuk memperjelas tentang pentingnya pendidikan dalam kehidupan manusia dan hubungannya dengan kewajiban menuntut ilmu serta hubungannya pendidikan dengan pembentukan keperibadian.

Gambar di atas memberikan penjelasan bahwa pendidikan (Umum dan atau Agama) yang diperoleh manusia baik melalui pendidikan sekolah, rumah tangga dan masyarakat pada hakikatnya untuk menciptakan manusia berkualitas/muslim sejati untuk mencapai tujuan, yakni hidup bahagia di dunia ataupun di akhirat. Upaya memenuhi keinginan tersebut, maka manusia membutuhkan pendidikan yang dipengaruhi oleh ilmu, iman dan amal sebagai lingkungan strategis yang turut mensukseskan tercapainya tujuan tersebut.

Oleh karena itulah manusia tidak bisa lepas dari pendidikan, baik sifatnya umum ataupun khusus (agama). Kedua jenis pendidikan tersebut akan membuahkan suatu pribadi hakiki. Bagi pendidikan yang bersifat umum akan berusaha mencapai pribadi manusia yang berkualitas. Sedangkan pendidikan yang bersifat khusus (Agama) akan mengantarkan peserta didiknya untuk mencapai pribadi hakiki dalam arti manusia muslim sejati.

Untuk sampai kepada suatu tujuan tersebut, maka manusia memerlukan ilmu, iman dan amal. Secara psikologis, kejadian manusia yang dibentuk oleh Tuhan adalah dalam kesempurnaan yang meliputi elemen-elemen rohaniah dan jasmaniah. Kesempurnaannya menyebabkan manusia menjadi makhluk yang paling mampu dalam ikhtiar menciptakan keseimbangan hidup rohaniah dan jasmani sehingga dapat mengalami hidup yang tegak dalam masyarakat

Dalam sejarah lahirnya manusia, bahwa ia dilahirkan dalam keadaan fitrah, dan pada dirinya terdapat benih-benih kejiwaan yang mempunyai kemungkinan untuk berkembang ke arah yang baik (positif), namun demikian manusia juga tidak lepas dari kemungkinan untuk berkembang ke arah yang lebih buruk lagi merugikan diri dan masyarakatnya.

Pendidikan diperoleh yang terbanyak adalah melalui mata (83 %), kemudian telinga (11 %), un tuk selanjutnya melalui hidung, mulut dan tangan hanya (6 %).

Dari gambar di atas bahwa keteladanan memegang peranan penting dalam proses pendidikan, karena melalui penglihatan sangat besar prosestasinya, yakni mencapai 83 %, sedangkan pemberian nasehat kecil peranannya, dan melalui hidung dan mulut serta tangan sangat kecil sekali, hanya mencapai 6 %. selanju

Oleh karena itulah, orang tua yang bijaksana sudah barang tentu harus lebih banyak memberikan contoh teladan yang baik, baik hubungannya dengan hablum minanllah ataupun hambumminnas. Sedangkan pemberian nasehat hendaknya diperkecil, karena anak cenderung membahas dan bahkan menolak apa yang dinasehatkan kepadanya. Namun demikian bukan berarti kita tidak perlu memberikan nasehat kepada anak-anak. Akan tetapi nasehat harus diimbangi dengan contoh teladan yang benar.

Selanjutnya, walaupun pada gambar di atas dinyatakan bahwa pendidikan melalui hidung, mulut dan tangan sangat kecil peranannya, namun juga turut menentukan. Misalnya hidung, hidung merupakan indera penciuman yang harus kita gunakan untuk mencium sesuatu yang baik bukan digunakan untuk hal-hal yang tidak baik. Oleh karenanya kesalahan dalam mencium sesuatu, maka akan berakibat sala pula dalam mengartikan sesuatu. Mulut yang di dalamnya terdapat lidah, pepatah mengatakan lidah kadang-kadang lebih tajam dari pisau, karena melalui mulut orang dapat mencelakaan seseorang, meelalui mulut dapat menyebabkan perkelahian atau permusuhan. Kemudian tangan, dengan tangan dapat membentuk sesuatu yang terbuang menjadi bermanfaat, sebalik dengan tangan dapat merusak sesuatu yang baik menjadi rusak/hancur berantakan. Walaupun dalam gambar tersebut terdapat kelasifikasi yang cukup tajam, namun semua itu harus berhubungan satu sama lainnya.

Selanjutnya ada satu hal lagi yang perlu kita pahami dan perhatikan secara seksama, bahwa pendidikan kita sekarang lebih mengutamakan kepada segi kecerdasan intelektual, sedangkan segi kecerdasan emosional dan spiritual kurang menjadi perhatian. Pada hal intelektual hanya maksimal 20% dapat mempengaruhi kesuksesan seseorang, dan yang terbanyak justeru ada pada kecerdasan emosional dan spiritual mencapai maksimal 80%.

Itulah sebabnya manusia diwajibkan untuk menuntut ilmu, karena Ilmu Pengetahuan mempunyai tujuan untuk memahami, meramalkan, serta mengendalikan kondisi dan situasi yang dialami manusia dalam lingkungan hidupnya dan dalam dirinya sendiri.

Melalui ilmu pengetahuan dan dorongan instink "curiosity" (dorongan ingin tahu) telah mendorong manusia untuk belajar. Akibat dari keingin-tahuan itulah pula yang menyebabkan manusia menguasai ilmu yang sangat berguna bagi dirinya, juga masyarakat lingkungannya. Ilmu pengetahuan itu sendiri telah tertampung melalui tiga lingkungan, yakni Rumah Tangga, Sekolah dan masyarakat. Semakin baik ilmu yang dituangkan dalam rumah tanggal, sekolah dan masyarakat, maka akan semakin sempurna pertumbuhan dan perkembangan hidup manusia. Ketiga lingkungan tersebut hendaknya berjalan serasi, selaras dan seimbang. Karena bila salah satu di antara ketiganya, maka akan berakibat salah dalam menafsirkan hidup. Ketidak seimbangan antara pengalaman pendidikan di rumah tangga, sekolah dan masyarakat dapat menyebabkan manusia salah dalam menggunakan ilmunya. Sebagai contoh : sebuah pisau yang tajam apabila dipegang oleh seorang penjahat akibat pendidikan yang salah akan digunakannya untuk membunuh, akan tetapi bila pisau itu dipegang oleh orang baik-baik dengan pendidikan yang benar, maka pisau itu tidak digunakannya untuk membunuh."

Dengan demikian pendidikan sangat memegang peranan penting terhadap pembentukan pribadi seseorang. Oleh karenanya bila semakin baik dan terarah pendidikan yang dilakukan oleh orang dewasa, maka semakin jelas tujuan yang ingin dicapainya, dan pada gilirannya akan mendekati kepada suatu keperibadian yang sempurna. Sebaliknya semakin banyak kesalah dalam mendidik, maka semakin besar pula kekeliruan pribadi yang dibuahkan.

Kewajiban kita sebagai makhluk Tuhan yang paling sempurna dibanding makhluk lainnya adalah melengkapi diri dengan berbagai ilmu pengetahuan. Karena dengan ilmu pengetahuan itulah iman dan Islam seseorang menjadi sah dan sempurna. Rasulullah saw bersabda :

"Menuntut Ilmu Pengetahuan adalah kewajiban setiap Muslim" Selanjutnya Rasulullah menegaskan dalam sabdanya :

"Tuntutlah ilmu pengetahuan, sekalipun ke negeri Cina"

Berdasarkan dari dua hadits di atas, maka kewajiban menuntut ilmu itu merupakan fardhu a'in, oleh karenanya kewajiban menuntut ilmu ini harus diketahui oleh setiap orang Muslim.

Satu kenyataan dimasyarakat bahwa oerang yang tidak pernah memiliki ilmu mereka tidak pernah mengenal lelah untuk mencari dan mengumpulkan harta kekayaan dunia sepanjang siang dan malam, senantiasa memburu dan menyibukan diri untuk mengumpulkan dan menahannya. Mereka lebih mengutamakan kesenangan dunia dengan harta kekayaannya.

Selanjutnya bagi mereka yang tidak berpikir dan sama sekali tidak tahu tentang agama, maka merekapun tidak pernah meluangkan waktunya untuk menuntut ilmu pengetahuan keagamaan, bahkan enggan hadir dalam majelis-majelis. Sebaliknya orang yang demikian itu bila ada urusan dunia maka iapun berjuang sekuat tenaga bahkan beranai mati untuk mendapatkannya.

Allah memperingatkan dalam firmanNya : (sebagai) janji yang sebenar-benarnya dari Allah. Allah tidak akan menyalahi janji-Nya, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia; sedang mereka tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai.

Hasan al-Bishiri ra, berkata : "Lantaran terlampau mengenal dunia dan urusannya, seseorang bisa mengenal berat uang satu dirham tanpa melihatnya. Tetapi manakala ditanyakan tentang syarat-syarat bersuci dan shalat, ia hanya bisa mengelengkan kepala karena tidak tahu"

Memperhatikan kepada perkataan al Bashiri tersebut, bila seseorang ingin hidup bahagia di dunia dan di akhirat, maka harus memiliki ilmunya. Dan kepadaorang yang terlampau mencintai dunia, maka yang dia ketahui hanyalah urusan dunia saja sedangkan urusan akhirat sama sekali tidak dikenal dalam dirinya.

Oleh karena itu antara ilmu, iman dan amal harus berjalan secara berimbang dalam kehidupan seseorang. Karena dengan ilmulah pula dapat mengenalkan iman dan dengan ilmu dan iman itulah pula seseorang dapat melakukan amal dengan baik dan sempurna.

Kenyataan di dunia sekarang banyak orang yang berilmu tapi tapi tidak beriman, maka ilmunya hanya dapat diigunakan untuk mencintai dunia dan harta kekayaannya saja. Loqmanulhakim telah memperingatkan kepada anaknya :

"Hai anakku, sesungguhnya dunia ini lautan yang dalam dan manusia telah banyak karam di dalamnya. Oleh karena itu, jadikanlah kapalmu di dunia ini berbakti kepada Allah, muatannya iman dan layarnya tawakkal kepada allah, mudah mudahan engkau selamat"

Luqman memberikan gambar bahwa hidup tanpa ilmu adalah buta, dan hidup tanpa iman adalah bagaikan kapal tanpa kemudi. Untuk selanjutnya hidup tanpa amal tak ada bekal yang akan dibawa untuk mencapai suatu kehidupan yang hakiki.

Apabila ilmu, iman dan amal mantap dalam diri kita, maka hasil dari pendidkan betul betul dapat membentuk keperibadian seseorang. Oleh karenanya pengalaman pendidikan yang diperoleh mulia dari lingkungan kehidupan rumah tanggan hingga pada lingkgungan masyarakat baik, maka besar kemungkinan dapat terbentuknya keperibadian yang baik pula. Karena pengalaman pendidikan itu sendiri erat hubungannya dengan pembentukan pribadi seseorang.

Bila kita gambarkan hubungan pendidikan dengan kepribadian, adalah sebagai berikut :

Pada gambar di atas jelas bahwa pendidikan dan kepribadian, terbentuk oleh lingkungan Rumah Tangga, Sekolah ataupun Lingkungan Masyarakat. Oleh karena hidup dalam ketiga lingkungan tersebut dalam keadaan baik maka dapat dipastikan bahwa pendidikan dan keperibadian akan terbimbingan oleh ilmu, iman dan amal yang baik pula. Sebaliknya bila hidup seseorang tumbuh dan berkembangan dalam lingkungan rumah tangga, sekolah dan masyarakat yang tidak baik, maka pendidikan dan kepribadiannya akan terbentuk dalam keadaan yang bermasalah. Karena pengalaman hidup yang tidak baik akan melahirkan sesuatu yang tidak baik pula.

Dengan demikian, bila pengalaman pendidikan yang tumbuh dan berkembangan dalam pengawasan ilmu, iman dan amal yang baik serta tanggung jawab, baik hubungannya dengan pendidikan umum terlebih-lebih dalam pendidikan agama (Islam), dan hidup dalam lingkungan rumah tangga, sekolah dan masyarakat yang berpendidikan lagi agamis, maka keperibadian akan tumbuh dan berkembangan dengan sempurna sesuai dengan ilmunya.

Oleh karenanya kepribadian seseorang tidak pernah lepas dari pendidikan dan pendidikan itu sendiri bertujuan untuk membantuk keperibadian yang dikehendaki oleh ilmunya.

Akhirnya dapat kita simpulkan bahwa pendidikan telah menduduki peranan penting dalam pembentukan keperibadian seseorang. Kekeliruan dalam melakukan pendidikan, baik dalam lingkungan rumah tangga, sekolah ataupun dalam lingkungan masyarakat, maka besar kemungkinan pula melahirkan perilaku yang tidak baik.

Oleh karenanya pendidikan yang dilakukan dalam rumah tangga, sekolah dan masyarakat harus berjalan secara terpadu. Orang tua tidak bisa melepaskan atau mengharapkan pendidikan itu kepada tugas guru semata-mata. Sebaliknya seorang guru tidak bisa hanya mengandalkan ilmunya untuk mendidik keperibadian anak didiknya bila tidak mendapat dukungan dari orang tua di rumah tangga dan masyarakat sebagai lingkungan pergaulan anak-anak.

Akhirnya dapat kita pahami bahwa tugas mendidik keperibadian seseorang adalah menjadi tugas semua orang dewasa, apakah mereka sebagai pendidik, orang tua ataupun sebagai tokoh masyarakat, baik yang berprofesi sebagai pendidik secara umum ataupun yang berprofesi sebagai tokoh agama.

Semoga kita termasuk orang yang mengerti akan tanggung jawab, terutama hubungan pendidikan dengan keperibadian generasi muda kita.

PANDANGAN PENDIDIKAN MASA KINI

Pendidikan nasional berdasarkan UU RI No. 20 Th. 2003, Bab VI, Jalur, Jenjang dan Jenis Pendidikan, Bagian kesatu, Umum, pasal 13, jalur pendidikan terdiri atas pendidiknan formal, nonformal, dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya

Yang dimaksud dengan pendidikan formal adalah jalur, jenjang dan jenis pendidikan yang dikelola oleh pemerintah, pemerintah daerah dan/atau masyarakat. Adapun pendidikan nonformal adalah pendidikan yang dikelola oleh masyarakat, Sedangkan pendidikan informal adalah pendidikan yang dilakukan oleh keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri.

Memperhatikan kepada UU tersebut sudah cukup jelas maksud dan tujuan yang hendak dicapai . Namun yang menjadi masalah adalah nuansa-nuansa pendidikan di luar ketiga jalur pendidikan di atas, yakni pendidikan yang secara tidak langsung seperti kegiatan politik yang tidak sehat, kegiatan-kegiatan yang berlangsung di masyarakat, siaran atau berita yang disampaikan melalui mess media cetak, audio visual telah membantuk moral baru bagi generasi muda, cenderung merusak kehidupan berbangsa dan bernegara.

Sebagai bentuk keperihatinan pendidikan yang merusak atau cenderung mempengaruhi kehidupan berbangsa dan bernegara yang kurang baik terhadap pembentukan moral bangsa adalah adanya persoalan-persoalan material, spritual, sosial, politik dan peradaban serta pemahaman sempit tentang pendidikan. Yang selama ini belum terpecahkan telah menganggu ketertiban pelaksanaan pendidikan.

Dengan demikian muncul persoalan-persoalan baru, yakni persoalan rasialisme, keamanan dabn meningkatkan angka kriminalitas, lapangan kerja, dan hilangnya berbagai standar nilai kemanusiaan. Di mana-mana terjadi kerusuhan, musibah silih berganti, semua itu telah mempengaruhi terhadap perkembangan jiwa generasi.

Disadari atau tidak bahwa efik samping kejadian dan peristiwa tersebut telah berpengaruh terhadap perkembangan moral/akhlak, sehingga dewasa ini sering muncul bentuk-bentuk kejahatan yang dirasakan dan cukup meresahkan kehidupan masyarakat, yakni menjamurnya bentuk-bentuk pemalsuan, penipuan, pencurian, penghianatan, tidak loyal pada janji dan tidak pula komitmen terhadap kebijakan, dan lain sebagainya. Belum bicara tentang merajalelanya mabuk-mabukan, pecandu obata-obatan terlarang, berkosaan, dan bentuk-bentuk pelanggaran terhadap kehormatan dan membudayanya perkataan kotor dan cacian, dan lain sebagainya.

Persoalan tersebut tidak lepas dari persoalan pendidikan yang kurang memperhatikan kepada pendidikan moral, di sekolah-sekolah mata pelajaran sejarah sudah ditiadakan, yang mana secara tidak langsung telah memberikan pengalaman hidup berbangsa dan bernegara yang seyogyanya menjadi bahan renungan bagi generasi muda untuk memperbaiki kehidupan berbangsa dan bernegara.

Secara UU pendidikan nasional memang pemerintah telah berusaha semaksimal mungkin untuk menyelenggarakan pendidikan dengan sebaik-baiknya, setiap tahun dan setiap ada pergantian pimpinan selalu berupaya menyempurnakan kurikulum, pola dan starategi pembelajaran, namun demikian penyempurnaan tersebut hanya terarah kepada pembinaan pengetahuan dan keterampilan, terarah pada pembinaan pola dan sterategi pembelajaran dan peningkatan mutu pendidikan. Akan tetapi menyangkut moral kurang perhatian, guru-guru agama di sekolah-sekolah umum kurang berperan dan jam/alokasi pelajarannyapun sangat terbatas. Dalam waktu 2 (dua) jam perminggu tidaklah cukup untuk menyelenggarakan pendidikan agama plus akhlak/kepribadian. Di samping itu pendidikan agama belum mampu mengimbangi kemajuan ilmu dan teknologi serta komunikasi.

KESIMPULAN

Berdasarkan uraian di atas dapatlah ditarik kesimpulan, bahwa :

1. Pendidikan merupakan hal penting yang harus diperhatikan, tidak saja di kalangan pemerintah, akan tetapi menjadi perhatian bagi semua komponen bangasa.

2. Penyelenggaraan pendidikan hendaknya tidak terfokos pada peningkatan mutu ilmu dan keterampilan saja melainkan juga harus memperhatikan segi moral yang didasarkan pada agama.

3. Penyelenggaraan pendidikan tidak hanya menjadi tanggung jawab pada pendidik saja, melainkan juga orang tua khususnya dan masyarakat pada umumnya.

4. Nuansa-nuansa pendidikan yang disiarkan dalam mess media cetak dan audio visual tidak hanya mengejar segi material saja, akan tetapi juga hendaknya dapat menunjang segi moral kehidupan berbangsa dan bernegara

OKP Sumbar Peringati 100 Hari Wafatnya Gus Dur

Organisasi Kepemudaan (OKP), HMI, GMKI, GMNI, PMKRI dan PMII serta Ormas lintas etnis dan agama di Kota Padang, Sumatera Barat (Sumbar) menggelar pesta budaya anak bangsa dalam rangka memperingati 100 hari wafatnya Almarhum KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur).
Kegiatan yang diprakarsai Lembaga Pusat Studi Antar Komunitas (Pusaka) bersama OKP itu, diramaikan dengan penampilan kesenian dari berbagai etnis yang ada di Kota Padang itu, berlangsung di Theater terbuka Taman Budaya Padang, Jumat.
Kesenian etnis yang ditampilkan, di antaranya asal Minang, Jawa, Madura, Barongsai asal Theonghoa, Totor Batak dan Truklagai asal Mentawai, yang mendapat sambutan bagi undangan dan masyarakat yang melintas di kawasan pinggir pantai Padang.
Dalam acara yang dihadiri ratusan masyarakat itu, juga dilengkapi orasi ilmiah dari tokoh Kristiani dan Islam tentang ajaran Gus Dur tentang keberagaman atau pluralisme.
Hadir dalam kesempatan itu, Gubernur Sumbar, Marlis Rahman, tokoh agama dan ormas serta para undangan dari berbagai etnis yang ada di Kota Padang.
Koordinator pelaksana acara yang juga Ketua Yayasan Pusat Studi Antar Komunitas (Pusaka) Padang, Sudarto mengatakan kegiatan pesta budaya anak bangsa sengaja diselenggarakan bertepatan dengan memperingati 100 hari wafatnya Almarhum Gus Dur.
Gus Dur semasa hidupnya adalah tokoh dan bapak bangsa yang menyuburkan serta menjaga keberagaman dalam memperkuat kehidupan berbangsa dan bernegara.
Jadi, latar belakang dan semangat dasarnya pelaksanaan kegiatan ini untuk menggugah semua pihak supaya kekuatan keberagaman yang ada selalu dijaga.
"Kita sadari Sumbar sudah majemuk, tidak hanya pada sisi etnis dan budaya tetapi hampir semua agama sudah ada. Maka seyogyanya realitas yang ada ini diapreasiasi," katanya.
Justru itu, menjaga keberagaman yang sudah terjadi harus dilakukan bersama sehingga bisa menjadi kekuatan untuk membangun daerah dan bangsa.
"Kita di Sumbar selama ini toleransi dalam keberagaman selama masih dalam bentuk diam dan belum terbuka yang dijadikan kekuatan," ujarnya.
Oleh karena itu, tambahnya, semangat keberagaman inilah yang harus terus dikembangkan, jika ada isu-isu miring, baik berkaitan dengan ras, suku dan agama bisa ditepis.
Lebih lanjut Sudarto menjelaskan, rangkaian kegiatan Pesta Budaya Anak Bangsa yang bertema "Merayakan Keberagaman untuk Keadilan dan Kemanusiaan", juga sekaligus ada doa bersama. Selain itu, ada kegiatan menyalakan 1.000 lilin untuk mengenang Gus Dur serta Deklarasi Aliansi Bhineka Tunggal Ika Sumatera Barat.