Memang, mengucap atau menyarankan seseorang untuk berbuat atau bersikap sabar sangat mudah dilakukan. Namun, terbukti bahwa sabar merupakan salah satu sifat yang ternyata sangat sulit untuk ditanamkan dan di dawamkan dalam kehidupan sehari-hari umat muslim. Padahal, sabar merupakan salah satu sifat yang banyak disebut-sebut dalam ajaran Islam untuk ditanamkan dan diaplikkasikan dalam kehidupan sehari-hari. Al Quran dan Al hadits banyak sekali menyebut sabar sebagai salah satu perintah yang meskipun berat tapi harus tetap dipupuk pertahankan.
Jalanan merupakan salah satu tempat yang seringkali menjadi saksi bisu betapa sedikit sekali orang yang mampu bersabar dalam menjalani kehidupan dan menyikapi persoalan hidup mereka.Tidak sedikit seorang muslim yang dengan sangat mudah kehilangan rasa sabar manakala berada di jalan. Bahkan, banyak sekali orang yang memang tidak memiliki atau belum memiliki sifat sabar di dalam hati mereka. Emosi dan ego mereka masih jauh lebih kuat dari sifat sabar yang mereka miliki. Di sisi lain, banyak sekali orang-orang di jalan yang secara tidak langsung suka menguji atau lebih tepatnya me-ngejek kesabaran orang. Sehingga tidak jarang adu mulut bahkan adu jotos di jalan sering kali ditemui hanya karena alasan yang bisa dibilang sepele.
Satu ketika, jalan raya terlihat begitu ramai. Ada seorang lelaki bertubuh tinggi besar yang berada di tengah jalan (perbatasan lajur kiri dan kanan). Lelaki itu hendak menyeberang jalan tapi gerak-geriknya tampak begitu ragu untuk menyeberang. Beberapa saat kemudian, kondisi jalan sudah tidak terlalu ramai hanya satu sepeda motor yang tampak melaju kencang dari jarak yang tidak terlalu jauh dari lelaki itu. Melihat ada seseorang yang hendak menyeberang jalan, motor itu pun memperlambat lajunya dengan tujuan agar penyeberang jalan itu segera menyeberang. Namun ternyata si penyeberang jalan justru tampak bingung dan tidak bergerak. Melihat itu, si pengendara motor pun kembali menarik gasnya untuk kembali melaju. Tapi bertepatan dengan itu, si penyeberang jalan pun bergerak mengayunkan kakinya untuk menyeberang. Spontan si pengendara motor pun menginjak rem motornya mendadak. Karena terkejut, si penyeberang jalan pun ikut berhenti dan mundur lagi. Dan ketika si pengendara motor hendak melaju lagi, si penyeberang jalan pun kembali mengayunkan langkahnya. Rupanya hal itu membuat si pengendara motor naik darah dan kehilangan sifat sabarnya. Spontan si pengendara motor pun mengeluarkan umpatan yang kasar kepada si penyeberang jalan seraya memacu motornya secepat kilat, “Goblok Lu!”. Mendengar umpatan itu, si penyeberang jalan tidak mau terima, ia pun membalas dengan mengumpulkan nama-nama binatang di dalam mulutnya.
Di sisi lain, ada pula yang akhirnya adu mulut hanya karena bersenggolan di jalanan. Ada yang hanya karena hampir bersenggolan dan sama-sama mengerem mendadak di tikungan jalan harus berakhir dengan keributan. Banyak sekali masalah sepele yang akhirnya menyebabkan masyarakat kita menjadi kehilangan rasa sabar. Banyak sekali tawuran antar warga yang terjadi di sana-sini yang sebenarnya tidak perlu jika pihak-pihak yang terkait mau mempertahankan sifat sabar di dalam dada mereka serta mengambil pendekatan-pendekatan yang lebih baik untuk menyelesaikan konflik di antara mereka.
Mempertahankan sifat sabar agar tetap melekat dalam setiap keadaan memang tidak mudah. Adapun mereka yang mampu mempertahankan sifat sabar pun terkadang justru dianggap sebagai seorang pengecut. Padahal, menjadi seorang yang selalu menjaga sifat sabar adalah berlipat-lipat kali lebih berat daripada menjadi seorang yang selalu mudah mengumbar emosi di sana-sini, tapi entah kenapa masih ada saja orang yang berpikir bahwa seorang penyabar itu adalah pengecut. Mungkin itulah salah satu keanehan pola pikir manusia, yang sabar dibilang pengecut dan yang anarkis dibilang “Busyeeet!”. Namun demikian, cobaan-cobaan itulah yang akhirnya menjadi pendongkrak derajat seseorang yang mampu mendawamkan sifat sabar mereka. Cobaan-cobaan itulah yang akhirnya mampu menghantarkan seseorang untuk semakin dekat kepada Sang Khaliq, Allah Azza wa Jalla. Sebagaimana firman Allah swt di dalam Al Quran yang artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar” QS. Al Baqarah: 153
Saudaraku, tahukah engkau bahwa melepaskan sifat sabar dan mengumbar emosi merupakan salah satu perbuatan yang sia-sia. Itu hanyalah perbuatan yang hanya akan menghamburkan dan menghabiskan energi semata. Lebih dari itu, melepaskan pakaian kesabaran dan menggantikannya dengan pakaian emosi tentu saja sangat berpotensi menuai buah dosa, minimal berkuranglah pahala yang kita miliki. Membuang sifat sabar dan mengumbar emosi tidak akan memberikan satu solusi, sebaliknya justru hanya akan menimbulkan permasalahan baru yang mau tidak mau harus kita hadapi. Tidak ada yang akan diuntungkan apabila kita menghilangkan sifat sabar dan mudah terpancing emosi manakala berada di jalanan. Sebaliknya, kerugian sudah pasti akan kita tuai sebagai konsekuensi melepas pakaian kesabaran.
Kita tidak pernah tahu, separah apa rasa sakit hati seseorang yang menerima perlakuan kita di jalan karena kita tidak mampu mempertahankan sifat sabar. Dan kita tidak pernah tahu seberapa dalam lukan yang menganga di hati saudara kita ketika kita kehilangan sifat sabar. Kita pun tidak pernah menyangka betapa saudara kita merasa sangat menderita saat kita mengucapkan kata-kata kotor karena hilangnya sifata sabar dari hati kita. Dan tentunya, kita juga tidak pernah tahu sumpah serapah seperti apa yang banyak dilontarkan orang-orang di jalanan manakala mereka meresa terganggu, terusik atau tersinggung oleh perilaku kita manakala tengah kehilangan sifat sabar. Semua itu tentunya menjadi salah satu tabungan dosa bagi kita, atau minimal menjadi pemeras pahala yang telah lama kita kumpulkan dengan susah payah. Sangatlah disayangkan jika memang demikian adanya.
Jalanan, ibarat lautan yang penuh dengan sumber pangan dan penghasilan. Di sisi lain, kita semua tentunya setuju bahwa lautan juga menyimpan banyak sisi-sisi berbahaya bagi siapa-saja. Seperti itulah jalanan bagi sifat sabar. Jalanan merupakan ladangnya ujian kesabaran, bagi siapa saja yang memutuskan untuk turun ke jalan maka harus siap di uji.
Semoga kita semua, khususnya penulis diberikan kekuatan untuk senantiasa mampu mempertahankan sifat sabar dalam segala aspek kehidupan. Amien.
Thursday, June 16, 2011
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment